METAMORFOSA
Pagi itu ketika hari Sabtu tanggal 16 Agustus 2014 kira-kira
pukul 09.45 WIB di salah satu sekolah swasta, Jakarta Selatan. Terdapat anak
perempuan yang bernama Adina Rahardian yang teman-temannya biasa menyapa dia
Adina, dia merupakan salah satu siswa terbaik di sekolahnya, dia memiliki
ciri-ciri tinggi, putih, berambut lurus yang biasa dia kepang, periang, ramah,
tidak suka bertengkar dan penyabar. Adina termasuk anak yang kuat karena tak
semua anak seusia dia dapat menerima semua kenyataan yang menyakitkan seperti
kabar perceraian ayah dan bundanya. Dia menjalani hari-harinya penuh semangat dan
semenjak orang tuanya bercerai dia menjadi pribadi yang tertutup. Di suatu hari
dia berniat di lubuk hati paling dalam ingin mengikuti perlombaan yang
bergengsi pada saat itu yaitu turnamen basket putri antar sekolah untuk
membanggakan kedua orantuanya, tetapi ia memiliki masalah mengenai bermain
basket karena dia tak sedikitpun menguasai materi mengenai basket.
***
Di tepi lapangan bola basket,
tampak Adina sedang murung dan melamun entah apa yang sedang difikirkannya,
ujar teman Adina di tepi lapangan yang satunya. Seorang temannya setelah
melihat Adina yang sedang murung dan melamun pun sontak langsung memanggil
Adina “Adiiinaaaa,, diiiinnn,, ayoo sinii”, Adina kaget pada saat dipanggil
oleh temannya, dia langsung berjalan menuju temannya yang ada di tepi lapangan
tanpa menghiraukan terdapat beberapa orang temannya dan kakak kelas yang sedang
bermain basket. Andra yang merupakan ketua tim basket di sekolahnya sedang
membawa bola basket dan dia terdapat di pojok lapangan.
***
“wooooyyy!!
Minggiiiirrrr!!” teriak Andra ke arah Adina. Begitu bising suara yang ada di
lapangan basket sehingga Adina tidak mendengar teriakan Andra pada saat itu,
Andra pun terburu-buru mengoper bola basket yang dia pegang ke arah temannya
dan meluncur ke arah kepala Adina. Sontak membuat penglihatan Adina menjadi
kabur dan membuat suasana sunyi sesaat lalu Adina pun jatuh pingsan.
Teman-teman Adina menghampirinya dan mengerubungi nya seperti kejadian orang
kecelakaan di jalan. Andra pun juga menghampiri Adina yang sedang pingsan dan
membawanya ke UKS.
***
Setelah sampai di
UKS, Andra dan alah satu teman Adina yang memanggil Adina tadi memberikan
minyak putih di hidung Adina dengan cemas supaya dia cepat sadar dari
pingsannya. Setelah sadar Adina bertanya-tanya kepada temannya dengan bingung
dan memegangi kepala nya yang masih pusing “aduuh, aku ada dimana?”, lalu
temannya pun menjelaskan kejadian yang lalu kepada Adina “loe ada di UKS Din, loe
tadi pingsan di lapangan bola basket terus dibawa sama kak Andra ke UKS, loe
juga sih gak liat-liat kalo ada yang main basket, harusnya tadi pas gue
panggil, loe kan bisa lewat di pinggir lapangan jadinya gak kena bola kayak
gini, loe tau gak sih gue tadi itu cemas banget ngliat loe gak sadar-sadar”,
Adina pun menjawab temannya itu dengan tersenyum “maaf, aku tadi abis ngelamun,
jadi aku gak liat kalo ada yang main basket, makasih ya kamu udah cemas sama
aku, kamu jangan terlalu cemas sama aku, toh aku kan baik-baik aja” temannya
menjawab Adina dengan tersenyum “ya ya din, loe kan emang gitu, bikin orang
cemas, loe gak ngomong trimakasih gitu ke kak Andra yang udah cape-cape bawa
loe ke UKS ?” lalu Adina menjawab dan menghadap ke Andra “ iya iya, oh ya kak
Andra, makasih ya tadi kakak udah capek capek bawa aku ke UKS” Andra menjawab
Adina “oke, sama-sama dek, nama mu siapa? Tadi kenapa nglamun?” Adina pun
menjawab “ nama aku Adina Rahardian kak, panggil aku Adina aja kak, aku nglamun
tadi to kak? Gak papa kok kak, ada masalah sedikit, gak penting juga kok” Andra
menjawab Adina dengan tersenyum “ cerita aja dek sama aku, mungkin aku bisa
bantu” Adina mencoba menjelaskan masalah dia “jadi begini kaka, aku pengen
sekali ikut turnamen basket antar sekolah tanggal 5 Januari nanti, tapi aku
sama sekali gak bisa bermain bola basket kak” lalu Andra menawarkan bantuan
“aku bisa bantu kamu dek, kapan kamu bisa latihan?” Adina menjawab dengan penuh
bahagia “yang bener kak? Terserah kakak aja, kalau bisa secepatnya ya kak”
teman Adina pun berkata “eheemmm.. duh kalian ini, udaah jangan banyak ngomong
lagi kalian gak denger kalo bel udah bunyi dari tadii? Keasikan ngobrol sih”.
“besok aku tunggu di lapangan basket pulang sekolah” ujar Andra. Lalu mereka
kembali ke kelas masing-masing.
***
Sesampainya di
kelas, Adina di tanya temannya tadi “Din, loe kenapa kok seneng banget?
Gara-gara nya pasti loe mau di ajarin basket sama kak Andra yang secara dia itu
ketua tim basket” Adina menjawab dengan senyum “ bukan masalah aku mau dilatih
sama kak Andra yang ketua tim basket, tapi aku seneng akhirnya aku bisa di
latih bermain basket buat ngikuti turnamen basket itu” lalu temannya menjawab
“oooohh, giituu gue kirain loe suka din sama kak Andra, kalo loe suka mending
gue omongin langsung aja ke kak Andra dia kan tetangga gue din” Adina pun kaget
“hah? Kamu yang bener? Kamu jangan bohong, tetangga kamu sebelah mana? Perasaan
kalo aku main ke rumah mu aku gak pernah liat kak Andra di komplek mu deh”
temannya menjawab “loe kok gak percaya din, dia itu rumah nya berjarak 2 rumah
dari rumah gue, tapi dia kan jarang di rumah din, dia sibuk terus, sampe di
rumah aja udah magrib” Adina pun menjawab “ooohh, pantes aja kalo aku main ke
rumah kamu gak pernah liat kak Andra” “udah udah din, jangan bahas kak Andra,
tuh pak Joko udah dateng” ujar temannya Adina. Setelah beberapa saat pelajaran,
bel pulang pun berbunyi Adina dan temannya pulang bareng.
***
Keesokan harinya
tepatnya pukul 09.45 pagi, Adina dan temannya berada di tepi lapangan basket
untuk melihat teman-temannya dan kakak kelas bermain basket. “ayooo, s-e-m-a-n-g-a-t
kalian pasti bisaaa” teriak Adina untuk teman-temannya yang sedang bermain
basket. Setelah lama bel masuk pun berbunyi dan waktu pelajaran pun seperti
biasa, dan bel pulang sekolah pun berbunyi dan Adina bergegas menuju lapangan
basket untuk berlatih bola basket, dan teman Adina harus pulang sendiri. Adina
menunggu Andra di tepi lapangan dan hanya memegang bola basket, tak lama
kemudian Andra pun datang dan langsung menyahut bola basket yang ada di tangan
Adina “ayoo din, rebut bolanya dari aku” adina tertunduk “aku gak bisa kak”
Andra pun terus menyemangati Adina “kamu harus semangat dong din, ayo sekarang
kamu rebut bola ini” adina dengan tersenyum “baik kak”, setelah beberapa saat
kemudian Andra mengajarkan teknik-teknik bermain basket yang benar kepada
Adina, dan Adina mendengarkan, melihat dan mempraktikan setiap gerakan yang
diajarkan Andra kepadanya. Sekali-sekali mereka berdua beristirahat sambil
menghilangkan penat karena latihan. Hari pun telah larut magrib, dan Adina ijin
untuk pulang karena Adina tidak biasa pulang terlalu larut. “ayo din, kakak
antar kamu pulang biar kamu gak terlambat sampe rumahnya” kata Andra, di dalam
hati Adina pun berkata “iya juga ya, nanti kalo aku pulang larut ayah bisa
marah ke aku”, lalu Adina pun mengiyakan ajakan Andra.
***
Jam berganti jam,
hari pun berganti hari, salah satu teman Andra bernama Elin yang menaksir Andra
melihat Adina dan Andra sering latihan basket bersama di lapangan basket, dan
Elin tidak terima dengan semua nya ini dan pada saat jam istirahat Elin
melabrak Adina “heeeyy, loe!! Baru adek kelas aja loe udah blagu ya, oohh jadi
gitu loe ya, main ngrebut-ngrebut cowok orang!!” sentak Elin ke Adina dengan
mendorong bahu Adina. Teman Adina yang selalu bersama Adina pun tak terima
dengan semua kelakuan Elin kepada sahabatnya “hey kak, biasa aja dong sama
sahabat gue, emang ada masalah apa loe sama sahabat gue?” Elin menjawab “loe
gak usah ikut campur” hati sahabat Adina pun terbakar emosi dan sontak
mendorong bahu Elin, terjadilah perkelahian antara Elin dan sahabat Adina,
Andra pun datang untuk melerai mereka berdua yang sedang berkelahi “wooy,
kalian itu apa-apaan sih, udah gede juga masih berantem aja, kayak anak kecil
tau gak” Elin bicara ke Adina dan sahabatnya “urusan kita belum selesai!!” sahabat
nya Adina menjawab “apa loe” Adina pun menenangkan sahabatnya “udah udah,
jangan gitu, gitu-gitu juga kakak kelas kita, kita harus jaga sikap” “ooh, gak
bisa gitu din, dia udah dorong-dorong loe, udah maki-maki loe, gue gak trima
jadi sahabat loe” ujar sahabat Adina, lalu Andra bicara “oh jadi gitu
ceritanya, ini udah keterlaluan, dia harus aku marahi” lalu Andra pun
menhampiri Elin untuk memarahinya dan Elin sangat tidak terima dengan semua nya
ini. Elin semakin benci dengan Adina dan sahabatnya yang selalu dibela oleh
Andra.
***
Hari berganti
hari, minggu pun berganti minggu, bulan berganti bulan, dan hari untuk turnamen
basket pun telah dekat, Andra dan Adina
semakin giat berusaha latihan basket dan pada akhirnya Adina menguasai semua
materi yang diberikan Andra. Adina pun berkata di dalam hatinya “Alhamdulilah,
akhirnya akupun bisa melewati semuanya ini, setiap kita berusaha pasti kita
bisa kok, dan aku mau besok kalau aku bertanding ayah dan bunda melihat aku di
kursi penonton sebagai penyemangat aku” sampai di rumah Adina bilang ke ayahnya
“ayah, besok januari tanggal 5 jangan lupa liat aku turnamen basket putri antar
sekolah ya” ayah nya menjawab “jam berapa emang din?” “kira-kira jam 3 sore
yah, datang ya” jawab Adina, lalu ayah nya berkata “insyaAllah din, ayah
datang”, “baik yah” ujar Adina. Beberapa saat kemudian, Adina menelepon bunda
nya untuk datang ke turnamen basket januari tanggal 5 besok, bunda nya pun
bersedia datang ke turnamen basket yang di mainkan Adina.
***
Keesokan harinya
pada saat turnamen basket telah tiba Adina dan Andra berada di ruang tunggu
pemain belakang lapangan basket dan sesaat Adina melihat di tempat duduk
penonton belum terdapat ayah dan bundanya yang datang. Andra melihat Adina yang
cemas yang bertanya “kamu kenapa din?” “aku lagi nunggu ayah sama bunda aku
kak, kok belum datang-datang” jawab Adina. Permainan basket pun segera di mulai
dan kedua orangtua Adina belum juga datang, Andra dan sahabatnya Adina selalu
menyemangati Adina supaya bisa menang. Di tengah-tengah permainan, kedua
orangtua Adina datang, dan betapa senangnya Adina melihat kedua orangtuanya
datang melihat dirinya bermain basket. Adina pun semakin bersemangat menunjukan
kebisaan Adina kepada kedua orangtuanya bahwa meskipun kedua orangtuanya
bercerai tetapi Adina dapat tumbuh menjadi gadis yang mandiri dan tidak nakal.
Di akhir pertandingan, pengumuman kejuaraan pun diumumkan dan ternyata sekolah
yang diwakili Adina pun menang menjadi juara pertama.
***
Komentar
Posting Komentar